Advertisement

Penguatan Kapasitas Organisasi Desa Tangguh Bencana di Desa Jatiarjo

 


(Dok : Pemdes Jatiarjo)

Pegiat Desa — Dalam upaya memperkuat kesiapsiagaan menghadapi ancaman bencana, Pemerintah Desa Jatiarjo menyelenggarakan kegiatan Penguatan Kapasitas Organisasi Desa Tangguh Bencana (Destana) pada Rabu pagi (14/05/2025), bertempat di balai desa Jatiarjo. Acara ini dihadiri oleh Kepala Desa Jatiarjo beserta perangkat, Camat Prigen, narasumber dari PC NU Kabupaten Pasuruan Bapak Subadar, Relawan Bencana Desa, dan Pendamping Lokal Desa (PLD).

Kegiatan ini diikuti oleh total 42 peserta, terdiri dari 35 masyarakat dan 7 perangkat desa. Peserta berasal dari berbagai unsur, seperti pemuda, organisasi NU, dan Fatayat, guna memastikan kolaborasi lintas kelompok dalam penanggulangan bencana.

Dalam sambutannya, Kepala Desa Jatiarjo Bapak Dardiri, SE., MM., menegaskan pentingnya penguatan organisasi kebencanaan di tingkat desa.

“Pagi ini kita memperkuat organisasi kita terkait kebencanaan, sehingga kita siap kalau sewaktu-waktu ada bencana, terutama longsor, karena sekarang juga memasuki musim penghujan,” ujar beliau.

Ia menambahkan bahwa partisipasi lintas elemen masyarakat sangat penting untuk menciptakan kolaborasi yang solid dalam menghadapi bencana.

Camat Prigen Bapak Akhmad Budiono, S.Kep.Ns., MM., yang turut hadir dalam kegiatan tersebut menyampaikan pentingnya pemahaman terhadap berbagai jenis bencana. Ia menekankan bahwa ada tiga jenis bencana yang harus diketahui dan diantisipasi oleh semua pihak, yaitu:

  1. Bencana alam
  2. Bencana non-alam
  3. Bencana sosial

“Penguatan organisasi kebencanaan perlu dibarengi dengan pengetahuan tentang jenis-jenis bencana. Dari tingkat desa harus segera disiapkan langkah mitigasi, kemudian diteruskan secara berjenjang ke atas,” tegasnya.

Kegiatan ini juga menghadirkan narasumber Bapak Subadar dari PC NU Kabupaten Pasuruan, yang memaparkan materi tentang Peraturan Kepala BNPB Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Desa Tangguh Bencana (Destana).

Dalam pemaparannya, Bapak Subadar menjelaskan pentingnya desa memiliki kemampuan mandiri dalam menghadapi, merespons, dan memulihkan diri dari bencana. Ia juga menekankan perlunya pelibatan masyarakat dalam setiap tahapan, mulai dari penilaian risiko, penyusunan rencana kontinjensi, hingga pelaksanaan dan evaluasi program.

“Kunci dari Destana adalah partisipasi aktif masyarakat, dukungan kelembagaan lokal, dan pendekatan berbasis risiko. Desa harus tahu di mana titik rawan, dan bagaimana merespons secara cepat dan terkoordinasi,” jelasnya.

Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan kesiapan seluruh elemen di Desa Jatiarjo dalam menghadapi potensi bencana, serta memperkuat kolaborasi antara masyarakat, pemerintah desa, dan lembaga pendukung lainnya.

 

Post a Comment

0 Comments